BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Istilah
opinion leaders menjadi perbincangan dalam literatur komunikasi sekitar tahun
1950-1960-an, sebelumnya literatur komunikasi yang sering digunakan yaitu
kata-kata influentials, influencers atau tastemakers untuk menyebut opinion
leaders. Kemudian kata opinion leaders lebih sering dikenal dimasyarakat
pedesaan, sebab pada saat itu tingkat media masih rendah serta pendidikan yang
belum maju. Jadi kebutuhan akan informasi dipedesaan diterima dari mereka yang
mempunyai pemahaman yang tinggi serta kebutuhan akan media yang tidak rendah.
Melalui
bukunya Diffusion of Innovation (1971), Everett M. Rogers mengembangkan konsep
difusi inovasi yang dirangkum dalam sebelas bab pembahasan. Dalam makalah ini,
akan ditampilkan intisari dari chapter – chapter tersebut. Salah satunya ialah
Chapter 8 yang membahas tentang opinion leaders dan pengaruhnya terhadap suatu
inovasi.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud opinion leaders?
2. Mengetahui Sejarah Opinion leader ?
3. Apa
saja model alur komunikasi massa?
4. Cara mengetahui opinion leader ?
C.
Tujuan
1. Menjelaskan
definisi dan sejarah opinion leaders
2. Menjelaskan
apa saja model alur komunikasi massa
3. Menjelaskan
Cara mengetahui opinion leader
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Model
Arus Komunikasi
Didalam
pembahasan ini ada empat model arus aliran pesan, yaitu model jarum injeksi
(hypodemic needle model), Model aliran satu tahap (one stop flow model), model
aliran dua arah tahap (two step flow model), dan model aliran banyak tahap
(multy step flow model). Yang masing – masing model tersebut memliki kelebihan
dan kekurangan dalam teori serta penyampaiannya.
1. Model
Jarum Injeksi.
Secara
substansial, model ini adalah one step flow, artinya arus komunikasi
disampaikan secara satu arah saja (dari media massa kepada audience). Dasar
pemikiran model ini adalah bahwa khalayak bersikap pasif terhadap berbagai
macam informasi yang disebarkan/disiarkan media massa. Sebaliknya media lebih
aktif untuk mempengaruhi audience. Maka teori ini disebut teori peluru (bullet
theory). Jadi jika sebutir peluru tembakkan, ia akan selalu menemukan sasaran,
dan sasaran yang dimaksud tersebut adalah khalayak.
Sehubungan
dengan model ini Elihu Katz mengemukakan : media massa memiliki kekuatan yang
luar biasa besarnya dan mass audience dianggap seperti atom-atom yang terpisah
satu dengan yang lain serta tidak saling berhubungan dengan media massa.
2. Model
Aliran Satu Tahap.
Pesan
model aliran satu tahap ini, media massa langsung berhubungan dengan
audiencenya. Dengan kata lain, pesan yang disampaiakan mengalir tanpa ada
perantara (audience bisa langsung mengaskes langsung media). Adapun perbedaan
diantara keduanya adalah :
·
Model aliran satu tahap mengakui bahwa
media massa bukanlah all powerfull dan tidak semua media mempunyai kekeuatan
yang sama. Dan model jarum hypodermik menyakini bahwa media itu all powerfull,
ibarat peluru yang ditembakkan.
·
Aspek-aspek seleksi screening di pihak
audience mempunyai impac pesan. Dengan kata lain, pesan yang diterima sangat
tergantung pada sistem seleksi yang ada pada masing-masing audience.
·
Model aliran satu tahap mempengaruhi
kemungkinan timbulnya reaksi atau efek yang berbeda dikalangan audience
terhadap pesan-pesan dari media yang sama. Artinya pesan media yang sama
diterima beberapa audience belum tentu menimbulkan reaksi yang sama, begitu
pula dengan efek yang ditimbulkan. Tetapi dalam model jarum hipodemik, bahwa
pesan yang disampaikan media massa akan menimbulkan reaksi dan efek yang sama.
3. Model
Aliran Dua Tahap
Dalam
model ini pesan-pesan dari media massa tidak seluruhnya langsung mengenai
audience, tetapi pesan tersebut disampaikan oleh pihak tertentu artinya pihak
tertentu tersebut dikenal dengan opinion leader (pemimpin opini/pemuka
pendapat). Ada dua tahap penyampaian pesan dalam aliran ini. Pertama pesan
media pada opinion leader dan kedua pesan opinion leader pada audience.
4. Model
Aliran Banyak Tahap
Pada
prinsipnya, model ini adalah gabungan dari semua model yang sudah disebutkan
diatas. Model ini menyatakan bahwa pesan-pesan media massa menyebar kepada
audience atau khalayak melalui interaksi yang kompleks.
B.
Sejarah
Opinion Leader
Istilah
opinion leader menjadi perbincangan dalam literatur komunikasi sekitar tahun
1950-1960-an sebelumnya literatur komunikais sering digunakan kata-kata
influentials, influencers atau tastemakers untuk menyebut opinion leader.
Kemudian kata opinion leader lebih sering dikenal dimasyarakat pedesaan, sebab
pada saat itu tingkat media masih rendah serta pendidikan yang belum maju. Jadi
kebutuhan akan informasi dipedesaan diterima dari mereka yang mempunyai
pemahaman yang tinggi serta kebutuhan akan media yang tidak rendah.
Ada
dua pengelompokan opinion leader :
1. Opinion
Leader Aktif (Opinion Giving)
Disini
para opinion leader tersebut sengaja mencari penerima atau followers untuk
mengumumkan atau mensosialisasikan suatu informasi. Contoh : saat adanya
program KB (Keluarga Berencana) yang bertujuan menegendalikan pertumbuhan
penduduk. Tapi bagi masyarakat desa hal ini masih terlalu baru dan mereka belum
mengenal apa itu KB sebenarnya, maka disini peranan opinion leader tersebut
dituntun untuk menyampaikan informasi bahwa program KB ini bertujuan penting
bagi kelangsungan masyarakat dipedesaan.
2. Opinion
Leader Pasif (Opinion Seeking)
Dalam
hal ini followers lebih aktif mencari sumber informasinya kepada opinion
leader, sehubungan dengan permasalahan yang dihadapi seperti halnya contoh
diatas tersebut.
C.
Cara
Mengetahui Opinion Leader
Menurut
Everett M. Rogers (1973) ada tiga cara mengukur dan mengetahui adanya opinion
leader yaitu :
1. Metode
Sosiometrik
Dalam
metode ini, masyarakat ditanya kepada siapa mereka meminta nasihat atau mencari
informasi mengenai masalah kemasyarakatan yang dihadapinya. Misalnya masalah
itu mengenai difusi inovasi, kepada masyarakat diajukan pertanyaan: “dari mana
anda memperoleh informasi tentang difusi inovasi?” jadi orang yang paling
banyak mengetahui dan dimintai nasihat tenteng masalah tersebut dialah yang
disebut sebagai opinion leader.
2. Informast
Ratting
Metode
ini mengajukan pertanyaan tertentu kepada orang /responden yang dianggap
sebagai key informants dalam masyarakat mengenai siapa yang dianggap masyarakat
sebagai pemimpin mereka. Jadi dalam hal ini responden tersebut haruslah jeli
dalam mimilih siapa yang benar-benar harus memimpin dalam masyarakat tersebut.
Dari segi kepribadian, pendidikan, serta tindakan yang dilakukannya terhadap
masyarakat tersebut.
3. Self
Designing Method.
Metode
ini mengajukan pertanyaan kepada responden dan meminta tendensi orang lain
untuk menunjuk siapa yang mempunyai pengaruh. Misalnya. Apakah seseorang yang
memerlukan suatu informasi perlu meminta keterangan kepada ibu /bapak. Jika
jawabannya tidak maka hal tersebut belum menunjukkan siapa yang sering dimintai
keterangan. Hal ini sangat bergantung kepada ketepatan (akurasi) responden untuk
mengindentifikasi dirinya sebagai pemimpin.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Opinion
leaders dapat dikatakan sebagai orang-orang berpengaruh, yakni orang-orang
tertentu yang mampu memengaruhi sikap orang lain secara informal dalam suatu
sistem sosial. Dalam kenyataannya, orang berpengaruh ini dapat menjadi
pendukung inovasi atau sebaliknya, menjadi penentang. Ia (mereka) berperan
sebagai model dimana perilakunya (baik mendukung atau menentang) diikuti oleh
para pengikutnya.
Opinion
leaders bukanlah manusia yang serba tau akan segala hal, tetapi kelebihannya
adalah bahwa mereka diangap orang yang lebih peka dan in group serta tahu adat
kebiasaamn masyarakat. Mereka memiliki jiwa sosial yang tinggi serta selalu
siap memantu perubahan sosial di lingkungannya.
Konsep
kepemimpinan pendapat berasal sebagai bagian dari model aliran dua-langkah,
yang hipotesis bahwa pesan-pesan komunikasi mengalir dari sumber, melalui
saluran media massa, para pemimpin opini, yang pada gilirannya meneruskannya
kepada pengikut.
0 komentar:
Posting Komentar